Rabu, 30 Mei 2012

SPIRITUALISME, IBU PERTIWI dan RATU ADIL

Mengeliat tanah Bumiku panas dan merenggas waktu
Jiwa manusia mengering, seiring perjalanan mengukur jalan sang hidup
Gegap gempita kegaduhan alam semesta bergaung dimana mana
Kemanakah kita akan berteduh?
Kemana kita berlari agar terhindar petaka?
Kemana kita bersembunyi ketika azab menghampiri?
Akan datang suatu MASA dimana keadilan akan ditegakkan atas nama kemanusiaan bagi manusia yang mengabaikan arti sebuah KESADARAN KEILAHIAN dan yang alpha memelihara KEHIDUPAN
Apakah yang menjadi sebab musabab munculnya fenomena misteri hebohnya ulat bulu, kelelawar dan tikus yang muncul dari laut ke darat, jutaan ikan di laut dan danau yang mati tanpa sebab yang jelas, angin puting beliung, perubahan iklim dan global warming yang merubah tatanan habitat dan ekosistem? Apakah serangan hama dan ulat bulu di suatu negeri, angin taufan, gempa bumi, juga tsunami hanya fenomena alam semata? 
Mengutip pada surat QS al 'araf : 133 yang berbunyi
"Maka Kami kirimkan kepada mereka (orang2 yang jauh dari jalan Allah) angin taufan, belalang, kutu (ulat, hama), katak dan darah sebagai bukti yang jelas, tetapi mereka tetap menyombongkan diri dan mereka adalah kaum yang berdosa."

Bencana yang bertubi-tubi melanda bumi akan terus terjadi hingga akhir 2012 merupakan puncak dari segala hukum adil yang selama ini diatur oleh sistem hukum-hukum alam. Mengapa semua ini terjadi hingga akhir 2012? Adakah diantara kita yang pernah memahami bahwa sesungguhnya Alam Semesta ini berada di dalam rahim sosok IBU, yang disebut Ibu Pertiwi? Bumi tempat kita berpijak ini sudah berumur sangat tua, Saat ini bumi sedang dalam kondisi puncak pergolakan alam untuk menyeimbangkan lagi hal yang telah dirusak oleah manusia selama ini. Bumi akan melakukan kelahiran kembali untuk era kehidupan yang baru, yang lebih baik, seperti lahirnya seorang bayi sakti perkasa dari kawah candra dimuka. 
Rasululloh sendiri bersabda “… bumi beserta alam semesta laksana rahim seorang ibu, seberapa juta orang berhimpun disini akan muat …”

Ibarat bumi beserta alam semesta maha luas tanpa batas adalah sebuah RAHIM IBU sebagai wujud Kebesaran karya ciptaan Ilahi. Maka bayangkan, betapa maha dahsyatnya rahim Ibu. Di situ pulalah tersimpan air ketuban atau disebut KAKANG KAWAH ADI ARI-ARI (hubungan mati hidup makhluk). Di dalam rahim ibu dicukupi makanan alami untuk penguat tubuh, akal dan budi si janin. Rahim ibu Bumi Pertiwi ini adalah hati tulus seorang ibu yang memberikan air dan seluruh makanan beserta semua keperluan hidup anak-anaknya.
Sadarkah kita bahwa Bumi ini selama ini menjaga dan melindungi kita semua dengan ikhlas tanpa pamrih dan menjadi saksi saat anak-anak manusia - nya bersujud kepada Sang Maha Pencipta, Bahkan semua perilaku-nya yang baik maupun yang buruk, Sang bumi beserta isinya menjadi saksi dan mencatatnya. Bumi ini juga yang menerima jasad anak-nya yg tercinta saat dikubur sebagai proses lahir kembali ke alam sejati.

Maka Bumi ini adalah ibu pertiwi yang wajib kita jaga kelestariannya dan kehormatannya. Yang wajib kita cintai dan pelihara sebagaimana Bumi telah memelihara kita. Jika anak-anaknya mulai tidak seimbang lagi tabiatnya, mengingkari Gusti Allah, bahkan merusak bumi, maka Bumi ibu pertiwi akan murka dan janganlah heran jika datang bencana dahsyat untuk memberi peringatan keras kepada anak-anaknya. Seluruh energi kekuatan alam semesta, tersimpan rapat dan rahasia di dalam rahim ibu pertiwi dikeluarkan. Bencana di masa kini dan masa mendatang bukan lagi merupakan hakekat sebuah cobaan akan tetapi merupakan hasil dari ulah manusia sendiri yang egois, tidak peka terhadap lingkungan serta tidak menjalankan amanah hidup sebagai manusia, yaitu mengajarkan kebenaran dan menyebarkan kebaikan seperti halnya CINTA KASIH. Bumi-pun patut untuk kita cintai, karena Bumi ini bernyawa dan hidup. Sadarilah bahwa Bumi Pertiwi ini adalah tempat yang lengkap dan sangat indah bagi yang berbakti dan merasa memiliki seorang ibu. Sungguh beruntung sekali bagi siapapun yang selalu dalam lindungan kasih ibu pertiwi.

Sepanjang hidup, kita bernafas, minum air, mendapatkan makanan, maka terasa bahwa sedang memiliki ibu yang memberikan kita "kehidupan", karena sesungguhnya manusia telah dijaga oleh Ibu Pertiwi sebagai Rahim Illahi dan dijaga dengan cara HUKUM ADIL. Maka siapa menanam maka dia pula yang akan menunai hasilnya.

Salah satu bukti dari hukum adil tersebut adalah adanya perubahan iklim global kita hadapi dunia pada saat ini. Pemicu utamanya adalah meningkatnya emisi karbon, akibat penggunaan energi fosil. Krisis ini terjadi karena keteledoran manusia dalam membangun dunia. Mulai dari aktivitas pertambangan untuk mengeksploitasi energi fosil, limbah pabrik, penebangan pohon liar, pembukaan lahan baru di hutan, asap kendaraan bermotor turut memberi andil pada kerusakan lingkungan. Bahkan di Indonesia sebagai negara yang berada di posisi khatulistiwa, lambat laun perubahan iklim global telah memberi dampak yang signifikan. Karena bumi menyerap lebih banyak energi matahari, daripada yang dilepas kembali ke atmosfer. Sehingga pemanasan global menimbulkan peningkatan panas bumi dan pencairan es di kutub. Penurunan suhu udara yang drastis di malam hari, curah hujan yang semakin tinggi sehingga menyulitkan tercapainya target swasembada pangan, sampai bencana alam yang sering terjadi merupakan dampak yang dirasakan secara langsung oleh kita semua.

WHO memperingatkan bahwa pemanasan global akan banyak berdampak bagi kesehatan masyarakat dan lingkungan. Pemanasan global dapat meningkatkan faktor resiko dan penyakit yang mengancam kesehatan manusia secara global, diantaranya: malnutrisi yang mengakibatkan kematian 3,7 juta jiwa per tahun, diare yang mengakibatkan kematian 1,9 juta jiwa dan malaria yang mengakibatkan kematian 0,9 juta jiwa setiap tahunnya. Suhu yang lebih panas juga berpengaruh pada produksi makanan, ketersediaan air dan penyebaran penyakit. Perubahan temperatur dan curah hujan yang ditimbulkan memberikan kesempatan berbagai macam virus dan bakteri penyakit tumbuh lebih luas. Selain virus dan bakteri penyakit berkembang pesat, secara tidak langsung pemanasan global juga dapat menimbulkan kekeringan maupun banjir. Kekeringan mengakibatkan penurunan status gizi masyarakat karena panen yang terganggu. Banjir menyebabkan meluasnya penyakit diare. Hal lain dapat kita posisikan seolah-olah kondisi di dalam rahim IBU sedang rusak. Kualitas air yang kita minum rusak, udara yang kita hirup kotor, maka secara keseluruhan dapat berdampak terhadap kesehatan bayi dalam kandungan, yaitu kualitas kesehatan dan pertumbuhan otak anak-anak generasi selanjutnya. Hal ini dikhawatirkan generasi selanjutnya banyak memiliki cacat secara fisik maupun mental.

Pernahkah di antara kita memperhatikan kejernihannya udara di langit? Asap yang mengandung debu halus dan berbagai oksida karbon itu menyebabkan gangguan pernapasan dan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), mulai asma, bronkhitis hingga penyakit paru obstruktif kronis (COPD). Asap tersebut juga membawa racun dioksin yang dapat menimbulkan kanker paru dan gangguan kehamilan serta kemandulan. Ketika suhu tinggi, manusia akan rentan penyakit. Mulai dari penyakit saluran pernafasan, meningkatnya penyakit menular, Malaria, DBD dan penyakit yang ditularkan melalui udara dan air. Dampak psikologis dari pemanasan global ini terlihat semakin tingginya tingkat stres masyarakat. Dampak penipisan ozon antara lain meningkatnya intensitas sinar ultraviolet, kanker kulit, katarak, penurunan daya tahan tubuh, dan pertumbuhan mutasi genetik.

Menurut WHO sebagian besar resiko kesehatan dapat ditekan melalui intervensi program kesehatan, tindakan terencana untuk memperkuat sistem kesehatan maupun promosi kesehatan guna melindungi dan meningkatkan kesehatan masyarakat yang rentan. Sektor kesehatan harus menyiapkan langkah guna mengantisipasi dampak perubahan iklim dan pemanasan global karena kedua faktor tersebut mempengaruhi pola penyebaran dan penularan penyakit.

Akahkah kita semakin memperkeruh kondisi RAHIM IBU sehingga kita akan melahirkan generasi yang cacat phisik (penuh penyakit) dan cacat mental (psikopat) serta semakin mempercepat usia kematian mausia dan kepunahan bumi ? Apa yang terjadi selama ini adalah akibat ULAH KITA SENDIRI. Maka, marilah kita menghimpun dan memikul rasa tanggung jawab bersama dengan kesadaran spiritual penuh dengan mengurangi sikap menzolimi Ibu pertiwi dengan mengeksploitasi bumi secara terus menerus untuk mengejar keuntungan ekonomi semata. Karena itu, upaya pencegahan segala keburukan harus dilakukan secara menyeluruh. Tidak hanya menangani penyakitnya saja, tetapi tiap faktor lingkungan fisik dan biologis harus dikendalikan dengan cara memodifikasi lingkungan untuk menciptakan kondisi yang lebih sehat.

Sudah waktunya kita semua menghentikan sifat-sifat kebinatangan di dalam diri kita yang sangat rakus dan egois. Kesombongan diri kita sebagai manusia yang menjajah apa saja terhadap ciptaan Allah yang lain. Mari kita hentikan segala bentuk pengrusakan di muka Bumi. Kita wajib menjaga keaslian fitrah fungsi bumi sebagaimana bumi diciptakan. Sesungguhnya Ibu Pertiwi, adalah Sang Ratu Adil sebagai perwujudan feminisme dan keagungan kasih sayang seorang IBU di kancah alam semesta ini. Pantaskah manusia menyia-nyiakan kasih sayang ini dengan merusak bumi? Janganlah kita menjadi manusia yang durhaka kepada Ibu Pertiwi dengan berterima kasih atas cinta Ibu Pertiwi kepada manusia.

Selamat Hari Bumi, Selamat ulang tahun Ibu Pertiwiku yang tercinta .
(Data dan ilustrasi diambil dari berbagai sumber)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.